Forgive yourself and let go of any anger within you. Then you will see others with positive perspective







Saturday, April 16, 2011

My Blogger Update

It's been I have not been able to update my blog. Nak tulis blog pun kena ada mood sesuai. Kalau tidak, cerita jadi tak best terutama cerita tentang pengalaman sendiri.

Bagi kawan-kawan yang jadik follower, maaf kerana lambat mengisi cerita ruangan blok ini.. Will try my best, at least, two-three articles per month...

Thanx for reading my blog. Mudah2han cerita yang dipaparkan menarik untuk bacaan semua..


Thursday, October 28, 2010

Cerpen - Makna Sebuah Perpisahan

Karya: Rogayah A Hamid: Majalah Wanita; Jan 1983

Antara petikan-petikan di dalam cerpen ini.

......"Barangkali lelaki itu sedang mengingatkan surat-surat yang lalu. Bakarlah surat-surat itu. Ia hanya akan menjadi duri di dalam daging. Bakarlah puisi-puisimu untukku yang tidak sempat kulihat. Ia hanya memebakar keindahan hari-hari yang bakal datang. Cuma satu yang harus kau simpan, “jika ada kasih yang tumpah, yang tumpah itu adalah untukku.”....

....“Hidup ini jangan terlalu selfish. Nanti akan selalu kehilangan.” Selama ini aku bermimpi mengumpul bunga-bunga. Sehingga aku tidak pasti bunga yang manakah lebih harum baunya.".....


Untuk membaca keseluruhan cerpen ini Makna Sebuah Perpisahan

Monday, October 25, 2010

Kisah dari email - 7 kali tidak nampak Kaabah

Sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Hasan (bukan nama sebenarnya), mengajak ibunya untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.Sarah (juga bukan nama sebenarnya), sang Ibu, tentu senang dengan ajakan anaknya itu. Sebagai muslim yang mampu secara material,mereka memang berkewajiban menunaikan ibadah Haji. Segala kelengkapan sudah disiapkan.

ibu anak-anak ini akhirnya berangkat ke tanah suci. Keadaan keduanya sihat walafiat, tak kurang satu apapun. Tiba harinya mereka melakukan thawaf dengan hati dan niat ikhlas menyeru panggilan Allah, Tuhan Semesta Alam. "Labaik Allahuma labaik, aku datang memenuhi seruanMu ya Allah".

Hasan menggandeng ibunya dan berbisik, "Ummi undzur ila Ka'bah (Bu, lihatlah Ka'bah)." Hasan menunjuk kepada bangunan empat persegi berwarna hitam itu. Ibunya yang berjalan di sisi anaknya tak beraksi dia terdiam. Perempuan itu sama sekali tidak melihat apa yang ditunjukkan oleh anaknya.

Hasan kembali membisiki ibunya. Ia tampak bingung melihat raut wajah ibunya. Di wajah ibunya tampak kebingungan. Ibunya sendiri tak mengerti
  mengapa ia tak bisa melihat apapun selain kegelapan. beberapakali ia mengusap-usap matanya, tetapi kembali yang tampak hanyalah kegelapan.